Tampilkan postingan dengan label Tanaman Belum Menghasilkan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tanaman Belum Menghasilkan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Agustus 2020

JENIS-JENIS GULMA DAN PENGENDALIANYA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


-Pengendalian Gulma.
Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman yang kita budidayakan dan kita tidak menginginkanya atau kita kehendaki. Gulma bersaing dengan tanaman guna dalam memperoleh ruang,cahaya, aiar dan unsur hara. Gulma tertentu juga menjadi inang bagi hama dan penyakit yang menyerang tanaman.

Pengendalian gulam pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman dan melemahkan daya saing gulma. Pengendalian gulma dilakukan dengan konsep ambang yang ekonomis praktis dan pastinya murah, yang mana selama kerugian yang ditimbulkan oleh gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk mengendalikanya, maka tidak perlu dilakukan pengendalian gulma.

Pengendalian gulma diperkebunan kelapa sawit ada pada tiga lokasi yaitu:
-Piringan dengan luas sampai radius 30 cm dari luar batas kanopi kelapa sawit atau 180 co dari pangkal pokok kelapa sawit.
-Pasar pikul, dengan lebar 1,2 meter.
-Gawangan jalur kelapa sawit.

Selain bertujuan untuk mengurangi kompetisi gulma dan tanaman, pengendalian gulma juga dapat mempermudah pekerjaan pemupukan, panen dan supervisi di lapangan.

-Jenis gulma dilapangan di bagi menjadi 3 golongan yaitu:

a.Gulma berbahaya (C).
-Imperata cylindrica (lalang)
-Asystasia intrusa
-Micania micranta
-Ilusine indica (rumput angsa/lulungan)
-Stenochlaena palustris (pakis kresek)
-Clidemia hirta (Harendong)
-Hedyotis verticiliata
-Bracharia mutica (rumput bambu raksasa)
-Dicrapnoteris linearis (pakis kawat)
-Ischaemum muticum (rumput bambu)
-Chromolaena odorata(putihan)
-Lantana camara (tembelekan)
-Melastoma malabathricum (senduduk)
-Mimosa pigra (kucingan hijau)
-Mimosa invisa (kucingan merah)
-Merremia umbellata
-Paspalum picticulatum
-Passiflora foetida (gambutan)
-Pennisetum polystachyon (rumput ekor kucing)
-Rottboellia excatata (rumput gatal)
-Sceleria sumatrensis (kerisan)
-Tetracera scandens (Gulma api)

b.Gulma yang diperbolehkan ( B ).
-Borreria latifolia
-Clerodendum serratum
-Crotalaria spp (orok-orok)
-Paspalum conjugatum (rumput kerbau)
-Brachiaria distachya (sukat kelanjang)
-Commelina nudiflora
-Clitoria laurifolia
-Ageratum conyzoides (wedusan)
-Dianella nemerosa
-Centotheca lappacea (rumput pagar)
-Psysallis minima.

c.Gulma yang diharapkan (A).
-Euphorbia hirta
-Euphorbia heterophyllla
-Nephrolepis biserrata (pakis merambat)
-Axonopus compressus (rumput karpet)
-Diplazium asperum (pakis sayur)
-Diplazium esculatum (pakis sayur)

Selain kedua jenis diatas, terdapat beberapa jenis tumbuhan liar berguna yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit. Tumbuhan ini bermanfaat sebagai inang parastoid dan predator UPDKS (ulat pemakan daun kelapa sawit)

Contoh beberapa tanamaman yang berguna:
-Turnera subulata.
-Urena lobata.
-Casia tora.
-Casia cobanensis.
-Euphorbia heterophylla.
-Diplazium asperum.
-Boreria alata.
-Antigonon leptopus.
-Elephantopus tomentosus dan ageratum spp.

-Pengendalian gulma secara biologis.
Pengendalian gulma secara biologis dilakukan diantaranya dengan cara mengembangkan kacangan untuk menekan pertumbuhan gulma melalui persaingan hidup.

-Pengendalian gulma secara manual.
Misalnya dengan dongkel anak kayu dan pembabatan yang diikuti dengan dioles triclopyr (garlon).

-Pengendalian gulma secara mekanis.
Misalnya penggunaan rotary slasher untuk pengendalian gulma pada pasar pikul.

-Pengendalian gulma secara kimia.
Merupakan pengendalian gulam menggunakan herbisida, Penentuan jenis herbisida dan alat semprot harus disesuaikan dengan jenis gulma yang dominan dilapangan sewaktu kita mengeceknya.

Terima kasih.

Penulis Turyono.

Sabtu, 01 Agustus 2020

AKSES JALAN DAN JEMBATAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN


1.Titi Panen.
Apabila pasar pikul melalui parit atau saluran air, maka harus dipasang titi panen. Tahapan pemasangan titi panen menyesuaikan kondisi masing-masing areal, dapat langsung dibuat rasio 1:2 atau bertahap mulai dari 1:8 pada tahun  pertama, 1:4 pada tahun kedua dan 1:2 pada tahun ke tiga.

Jumlah titi panen, tergantung jumlah parit dan saluran air. Panjang titi panen tergantung lebar parit dan saluran air. Lebar titi panen tergantung kebutuhan, tapi sekurang-kurangnya 20 cm. Titi panen dapat dibuat dari kayu atau di buat permanen dari beton. Pemasangan titi panen pada field drain (subsidiary), harus selesai pada tahun pertama.

2.Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan.
a.Penimbunan Jalan.
Pada areal rendahan/rawa, perlu dilakukan penimbunan jalan setelah pembuatan jalan selesai. Jalan yang telah ditimbun dengan tanah harus segera di bentuk, diratakan dan dipadatkan.
Perhitungan kebutuhan tanah dihitung berdasarkan lebar jalan dan ketebalan penimbunan yang dinginkan.

    -Kebutuhan tanah perkilo meter untuk penimbunan CR adalah: 1 km x 5 meter (lebar) x 0,5 meter (tebal)= 2.500 meterkubik/km.
    -Kebutuhan tanah perkilometer untuk penimbunan MR adalah : 1 km x 7 meter (lebar) x 0,5 meter (tebal)=3.500 meterkubik/km.


b.Pengerasan Jalan.
Pengerasan jalan pada periode TBM merupakan pengerasan jalan awal. Pengerasan jalan dilakukan secara bertahap dimulai pada tahun kedua, dengan ketentuan sebagai berikut:
    -Pengerasan jalan pada tahun kedua meliputi pengerasan MR 100% dan CR 25%.
    -Pengerasan jalan pada tahun ketiga meliputi pengerasan CR 50%.
    -Pengerasan jalan pada tahun ke empat (TM 1) meliputi pengerasan sisa CR 25%.
Material pengerasan jalan biasa di gunakan adalah sirtu/laterit/krosok/puru. Tergantung ketersedianya di lokasi perkebunan dan mudah di jangkau.

Perhitungan kebutuhan material pengerasan jalan dihitung berdasarkan lebar jalan dan ketebalan pengerasan jalan yang dinginkan.
    -Kebutuhan material perkilometer untuk pengerasan CR adalah : 1 km x 4 meter (lebar) x 0,075 
      meter (tebal) = 300 meter kubik/km ketebalan dapat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
    -Kebutuhan material perkilometer untuk pengerasan MR adalah : 1 km x 5 meter (lebar) x 0,080              meter (tebal) = 400 meter kubik/km ketebalan dapat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Sebelum dikeraskan harus dipastikan bahwa jalan telah digreader, permukaan jalan rata dan tidak tergenang air serta bersih. Bahan pengerasan di ecer ditengah  jalan dalam jumlah dan jarak yang disesuaikan dengan volume bahan perkilometer dan harus langsung diratakan menggunakan greader dan mining bucket sampai berbentuk dengan greader.

c.Pengadaan Material Pelaksanaan Penimbunan dan Pengerasan Jalan.
Penimbunan dan pengerasan jalan biasanya dikerjakan oleh kontraktor, yang mana lingkup pekerjaanya meliputi pelaksanaan penimbunan/pengerasan jalan atau sebatas pengangkutan materaial saja.

Dalam kontrak kerja hanya sebatas pengankutan material saja, maka perlu dilakukan pengukuran volume material yang masuk ke kebun, pengukuran volume material dilakukan dengan cara berikut:
    -Dilakukan pengukuran panjang dan lebar truk sebelum pengisian untuk perhitungan volume muatan setiap truk.
    -Permukaan material dalam bak truk diratakan dan diukur tingginya menjadi tiga bagian yaitu bagian depan, tengah dan belakang kemudian dihitung rata-rata tingginya dengan rumus sebagai berikut.
    Tinggi = tinggi depan + tinggi tengah + tinggi belakang/ 3 = Tinggi rata-rata muatan truk.
    -Volume material dihitung dengan rumus sebagai berikut.
    Volume material = Panjang x lebar x tinggi = volume material.
    -Untuk pengangkutan tanah dan laterit atau furu , maka pengukuran volume material cukup dilakukan sebanyak 10% ritase per hari untuk jenis truk yang sama. Apabila ada lebih dari satu jenis truk, maka pengukuran dilakukan terhadap 10% ritase perhari per jenis truk. Hasil pengukuran sampel ini 10% kemudian rata-rata dan di jadikan sebagai volume muatan jenis truk tersebut.
    -Untuk pengankutan material sirtu, pengukuran material perlu dilakukan setiap ritasenya.
    -Selain pengukuran volume, kualitas material pengerasan jalan sirtu juga perlu diperiksa dengan mengambil sampel 105 setiap harinya, untuk melihat apakah kualitas material sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.

Proses pengadaan material ini harus diawasi dengan baik, termasuk pencatatan hasil sampling, jenis truk yang masuk dan kualitas material pengerasan dan penimbunan.

d.Perawatan Jalan.
Perawatan jalan meliputi pekerjaan pembentukan badan jalan kembali menggunakan greader dan selanjutnya diikuti pemadatan jalan menggunakan roller. Badan jalan harus dibuat cembung untuk menghindari genangan air. Grading dilaksanakan 2 kali pertahun. Grading MR dilakukan terlebih dahulu dan apabila seluruhnya telah selesai, baru dilakukan grading CR. Pelaksanaan grading tidak boleh dilakukan pada saat musim hujan. 

e.Pembuatan Jembatan.
Jembatan b, box culvert dan gorong-gorong di buat secara bertahap. Untuk sementara, jembatan dibuat menggunakan kayu yang ada saat pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Pergantian jembatan kayu menjadi jembatan permanen dilakukan secara bertahap, tergantung curah hujan dan kekuatan kayu jembatan yang dibuat sementara pada waktu land clearing.

Pembuatan box culvert atau gorong-gorong ditentukan sebagai berikut:
-Jika lebar parit > 2 meter, maka dibuat jembatan.
-Jika lebar parit < 2 meter dan debit air mengair sepanjang tahun maka perlu di buat gorong-gorong atau box culvert sesuai dengan kebutuhan dilapangan.

Terima Kasih.

Penulis Turyono.

Rabu, 29 Juli 2020

TANAMAN SAWIT BELUM MENGHASILKAN 1



1-Sensus ( Untuk suppliying/Infiling).
Sensus merupakan pekerjaan awal yang harus dilakukan sebelum penyisipan untuk mengetahui jumlah pokok yang harus disisip. Sensus dilakukan pada umur sawit 2,6 dan 10 bulan setelah tanam.

2-Penyisipan (Supplying/Infiling).
Penyisipan bertujuan untuk memenuhi titik tanam sesuai standart per hektar yang dinginkan sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Penyisipan titik kosong harus selesai pada saat tanaman berumur 18 bulan. Bibit yang di tanam sebaiknya menggunakan Bibit APM. Penyisipan sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan. sehingga prosentase tumbuh dan hidup tinggi.

3-Sensus dan Penyisipan pPokok Abnormal.
Sensus pokok abnormal mulai dilakukan pada umur 12 bulan setelah tanam. Berikut adalah ciri-ciri pokok abnormal dilapangan yang harus diganti/disisip.

a.Limp or Flaccid Appearance.
Pokok yang kelihatanya lemah dengan pelepah yang kelihatan layu.
b.Acute Pinae.
Pokok kelihatan kurus dan tinggi dengan sudut letak pelepah yang sempit, hampir tegak lurus.
c.Chimaera.
Pokok dengan sebagian anak daunnya berwarna pucat atau kuning terang.
d.Juvenille.
Pokok dengan helai anak daun yang tidak terpisah atau menyatu terus.
e.Runt/Stunted. (Kerdil pertumbuhanya lambat dan kecil tidak membesar).
f.Short Broad Pinnae.
Pokok kelihatan padat, karena letak pelepah berdekatan.
g.Flat top form.
Pokok kelihatan rata, karena pelepah yang tumbuh baru lebih pendek dari pelepah yang lama.
h.Short Internode.
Pokok dengan jarak antar helai daun yang terlihat sangat dekat.
i.Pokok yang terserang Crown disease.
j.Pokok dengan pangkal batang membesar.
k.Pokok Steril.
Pokok yang mana terbentuk buah selalu gugur karena faktor genetis. Biasanya pokok tumbuh dengan sangat subur dengan produksi buah yang sangat banyak tetapi membusuk sebelum masak.

Pokok abnormal diberi tanda X atau dikat pakai tali rafia merah untuk selanjutnya di bongkar dan setelah satu bulan baru disisp dengan bibit yang baru.
Sebelum dilakukan pembongkaran, jumlah pokok/ha yang harus diidentifikasi sebagai area statment.

4-Sensus dan Penyisipan Pokok Unproduktif.
Sensus unproduktif dilakukan bersamaan dengan ablasi, dimulai ketika muncul bunga betina sekitar umur 14 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan.  

Sensus pokok unproduktif dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a-Pokok yang dibuang bunga betinanya, diberi tanda titik/dot pada pelepahnya ( menggunakan cat putih yang tahan lama).
b-Pelepah yang diberi tanda adalah pelepah bagian tengah yang menghadap ke pasar pikul dan tanda diberikan tepat pada pertengahan pelepah supaya mudah untuk di lihat.
c-Jumlah titik berdasarkan pada jumlah bunga betina yang di buang.
d-Sensus dilakukan 4 kali dengan interval 2 bulan.
e-Apabila sudah mencapai 3 titik, maka tanda berikutnya berupa strip garis putih dengan panjang kurang lebih 5 cm, yang berarti bahwa pokok tersebut mempunyai 4 bunga betina yang produktif.
f-Apabila pengamatan pertama, sudah ditemui pokok mempunyai minimal bunga betina 4 tandan maka langsung diberi tanda strip.
g-Dilakukan perhitungan prosentase jumlah pokok yang mempunyai titik 1, 2 dan 3 dan tanda strip serta pokok yang tidak mempunyai tanda.

Jumlah pokok/ha yang akan dibongkar harus dilaporkan ke atasan atau yang punya kebun pribadi, dan untuk pelaksaanaan pembongkaran harus mendapatkan persetujuan. Pembongkaran dimulai pada pokok yang mempunyai titik. Penyisipan unproduktif harus selesai sebelum tanaman berumur 24 bulan.

5-Ablasi.
Ablasi merupakankegiatan pembuangan bunga jantan dan bunga betina. Ablasi bertujuan untuk mengalihkan nutrisiyang digunakan untuk pembentukan buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif, karena sampai dengan umur 20 bulan, bunga yang dihasilkan masih belum membentuk buah yang sempurna sehingga ekonomis untuk diolah. Dengan pengalihannutrisi untuk pertumbuhan vegetatif, maka tanaman kelapa sawit akan semakin kuat sehingga pertumbuhan buah akan lebih besar.

Ablasi mulai pada umur 14 bulan sampai 20 bulan atau pada saat bunga muncul. Dengan interval 2bulan sekali. Pada saat ablasi, bunga/buah hermaphrodit juga harus dibuang. Pada ablasi rotasi terakhir, bunga jantan tidak boleh dibuang, karena akan digunakan sebagai media pengembangan elaidobius camerunicus. Alat yang digunakan untuk ablasi adalah dodos chisel dengan lebar mata dodos 7,5 cm, sehingga mudah dan cepat dalam melakukan pekerjaan.

Terima kasih.

Penulis Turyono.

Populer viewer