Jumat, 10 Juli 2020

KONSERVASI DAN PENGELOLAAN AIR PERKEBUNAN SAWIT


Konservasi air dan tanah. Sangat penting terutama untuk daerah dengan curah hujan yang tinggi, tanah dengan struktur yang kurang baik dan areal yang berbukit. metode konservasi yang diterapkan tergantung pada kondisi masing-masing areal, konservasi dan pengelolaan air di perkebunan sawit yang di pengaruhi oleh:
-Topografi, semakinn tinggi kemiringan lahan,membutuhkan konservasi yang lebih intensif, Tanah pada areal seperti ini mudah tererosi terutama pada saat pembukaan lahan dan pembuatan teras kontur.
-Curah hujan, semakin tinggi curah hujan, membutuhkan konservasi yang lebih intensif.
-Tanah, tanah pasir dan tanah yang mempunyai struktur yang lemah, lebih mudah tererosi oleh air hujan dan longsor.

2.Tujuan konservasi tanah dan air.
-Meminimalkan erosi dan hilangnya kesuburan tanah akibat aliran permukaan.
-Memperbaiki karakteristik tanah, diantaranya dengan cara meningkatkan infltrasi air, menjaga atau mempertahan kan kelembaban tanah dan mempertahankan lapisan top soil.
-Mendukung pertumbuhan tanaman, kegiatan pemeliharaan dan panen sehingga lebih efisien dan praktis biayanya.

3.Metode konservasi.
-Silt pits, silt pits berfungsi mengurangi kecepatan aliran air dan menahan tanah yang terbawa oleh aliran air. Silt pits juga berfungsi mempertahan kan kelembaban tanah. Pada waktu yang akan datang (5-7) tahun., Silt pits dapat berfungsi sebagai lokasi penempatan pupuk(focal feeding point).
-Secara umum silt pits, di buat pada salah satu sisi jalan yang merupakan titik pertemuan dengan teras kontur. Silt pits juga dapat di buat di antara dua pokok kelapa sawit pada teras yang tidak rata, apabila stop bund tidak berfungsi efektif.
-Karena perakaran kelapa sawit, berada pada kedalaman 0,6-1 meter, maka kedalaman silt pits tidak bolah lebih dari 1 meter, supaya air yang tertahan dapat sepenuhnya di gunakan oleh tanaman. ukuran silt pits adalah 1-1,5 meter, lebar 0,6-1 meter dan panjang di sesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, tergantung tingkat erosi dan kecepatan aliran permukaan, bagian tepi silt pits harus dibuat miring untuk memastikan semua aliran air masuk kedalamnya, jarak antar silt pits biasanya 20-30 meter tergantung tingkat erosi tanah. Pembuatan silt pits lebih tepat di lakukan pada saat land clearing.
-Foothill Drains, Umumnya Foothill drains di buat pada kaki bukit, berfungsi untuk mengurangi kecepatan aliran air (run-off) dari puncak bukit. Fothill drains harus berhubungan dengan field drain untuk menghindari genangan. Ukuran fothill drains tergantung pada kemiringan dan luas areal berbukit yang berbatasan dengan areal rendahan atau kaki bukit.
-Rorak (trenches), Rorak perlu di buat pada areal dengan kemiringan 10 derajad-20 derajad dan areal dengan kemiringan >4 derajad yang tidak memiliki teras , untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan. selain berfungsi untuk mengurangi erosi dan hilangnya unsur hara (nutrient), rorak juga berfungsi untuk menahan partikel tanah yang terbawa aliran air yang dapat menyebabkan pendangkalan parit dan sungai. Rorak di buat dengan ukuran 1x0,5x4 meter dengan interfval tergantung kemiringan areal penanaman sawit.

-Parit bantu/CECT (close ended conservation trenches), CECT merupakan sistem konservasi di areal pasir, cara pembuatan CECT adalah sebagai berikut:
- Parit di buat 4:1 (1 parit setiap 4 baris tanamn), dengan ukuran lenbar 1 meter, kedalaman 0,75 meter dan panjang dis esuaikan kondisi kebutuhan di lapangan.
-Main drain dan collection drain di buat sesuai kondisi lapangan, Ujung parit harus di tutup dengan ketinggian sesuai kebutuhan. Pada saat pembuatan parit, terlebih dahulu lapisan batu (hard pan) di pecah terlebih dahulu menggunakan excavator PC 200 (bucket V).
-Teras contour. Sebagai penahan air tanah yang berasl dari jalan dan mengalirkanya kedalam terasan sehingga, air tidak merusak jalan.

-Tanaman konservasi. Tanaman konservasi yang umumnya adalah kacangan dan vertiver grass. Selain mencegah dampak aliran permukaan terhadap tanah, kacangan juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Vertiver grass dapat mengurangi kecepatan aliran air permukaan (run off) sehingga dapat mencegah terjadinya erosi dan pergeseran tanah, karena perakaran vertiver grass cukup dalam, dapat mencapai 3 meter dan struktur petrakaranya sangat baik.
-Pengembangan tanaman ini dilakukan dengan membagi rumpun menjadi bagian kecil dan di tanam dengan jarak 50 cm, agar perkembangan lebih cepat di lakukan pemangkasan daun setinggi 25 cm setiap 3 bulan Harus rutin.
-Pada areal yang sangat curam atau areal dengan naungan yang sangat rapat (terutama tepi jalan) biasanya vertiver grass sulit tumbuh, untuk itu di rekomendasikan menanam Flemingia atau Desmodium spp. Terima kasih.

Penulis Turyono.

Kamis, 09 Juli 2020

JENIS PARIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


Parit sangat penting di dalam perkebunan sawit. Penanaman kelapa sawit di areal rendahan memerlukan sistem drainase yang baik, untuk itu di perlikan pembuatan berbagai jenis parit sesuai dengan kebutuhan. 

1.Jenis parit.
-Outlet drain, merupakan parit yang mengumpulkan air dari main drain dan mengalirkannya keluar batas atau boundary kebun. Di beberapa kebun dengan sistem drainase yang sederhana, tidak memerlukan outlet drain yang panjang.
-Main drain, merupakan parit yang mengumpulkan air dari collection drain dan membawanya ke outlet drain.
-Collection drain, merupakan parit yang mengumpulkan air dari subsidiary/field drain.
-Subsidiary/field drain, merupakan parit yang dibuat di dalam blok searah dengan baris tanaman yang berfungsi untuk mengumpulkan air dari dalam blok dan membawanya ke collection drain.

2.Ukuran parit.
-Outlet drain 4x4x3 m di sesuaikan dengan kebutuhan debit air dilapangan.
-Main drain 4x4x3 m, disesuaikan dengan kondisi lapangan.
-Collection drain 3x3x2,5 m, disesuaikan dengan kondisi lapangan.
-Field drain 1x1x0,5 m, di sesuaikan kondisi dilapangan.
Ukuran parit tersebut di atas dapat di ubah menyesuaikan volume air yang harus di alirkan selama musim hujan untuk menghindari banjir dan areal tergenang. untuk tanah yang mengandung asam sulfat, kedalaman field drain tidak boleh dari 0,6 meter untuk menghindari lapisan asam pyrit mengalami oksidasi yang akan meningkatkan keasaman tanah.

3.Kebutuhan parit.
Pada umumnya kebutuhan parit /Ha pada areal rendahan adalah sebagai berikut. 
-Main drain 10 meter/Ha, Collection drain 30 meter/Ha.
-Field drain tergantung kondisi tanah dan water management table , dapat di buat 1:8 (150 m/Ha), 1:4 (300 meter/Ha), Atau 1:2 (600meter/Ha). 
-Untuk areal darat , panjang parit disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

4.Layout parit.
-Sistem drainase harus membentuk suatu jaringan yang saling berhubungan , yang melibatkan pengumpulan air dari lapangan (field drain) menuju ke collection drain dan selanjutnya di kumpulkan ke main drain dan kemudian di buang ke outlet.
-Sistem drainase tidak dapat di pisahkan dengan jaringan jalan. untuk itu perencanaan laout parit harus dibuat bersamaan dengan layout jalan. tahap awal dalam perencanaaan sistem drainase adalah penentuan outlet dan meluruskan parit alam sebagai main drain.
-Pada daerah pasang surut, di perlukan pembuatan tide gates untuk mencegah masuknya air saline. Selain di sepanjang Cr, collection drain juga dapat dibuat di tengah blok, pembuatan parit colection drain hanya diareal rawa mineral.

5.Perawatan parit.
Perawatan parit meliputi kegiatan pembersihan/pencucian parit dari lumpur dan gulam untuk memperlancar aliran air. Pencucian parit harus di lakukan sebelum permulaan musim hujan. Pencucian parit di areal mineral di sesuakan dengan kebutuhan sedangakn pencucian parit di areal rendahan di lakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
-Field drain, dicuci setiap 2 tahun sekali.
-Collection drain, di cuci setiap 3 tahun sekali.
-Main drain, di cuci setiap 3 tahun sekali.
-Outlet drain , di cuci setiap 2 tahun sekali.
Terima kasih.

Penulis Turyono.

Rabu, 08 Juli 2020

WATER MANAGEMENT PERKEBUNAN SAWIT


A.Tanah yang mengandung asam sulfat (pyrite). Pengelolaan air ( water management ) yang paling utama untuk tanah yang mengandung asam sulfat adalah meningkatkan ketinggian permukaan air dan menjaganya di atas lapisan pyrit. Permukaan air harus dijaga pada ketinggian 0,45-0,60 meter, dari atas permukaan tanah sepanjang tahun.

-Untuk mempertahankan permukaan air pada ketinggian yang dinginkan, main drain harus dibendung pada beberapa titik, bendungan dapat di buat dari bekas karung pupuk setelah di isi tanah dan kemudian disusun dan di tahan menggunakan cerucuk kayu. ketinggian bendungan sama permukaan tanah dalam blok 0,50-0,70 meter, kebutuhan bendungan tergantung pada tingkat kemiringan.

-Bendungan harus di tempatkan bersebrangan dengan culvert dan berdekatan dengan pertemuan main drain dengan collection drain. dengan penempatan bendungan yang tepat pada main drain, maka tidak di perlukan pembuatan bendungan di collection drain. kecuali pada beberapa areal dengan kemiringan yang tidak seragam.

-Bendungan harus di monitor dengan teratur, jika ada kebocoran harus segera di perbaiki. apabila akan di buat bendungan permanen di sarankan untuk membuat bendungan dengan tanah terlebih dahulu sebagai percobaan, supaya dapat di tentukan lokasi yang tepat untuk pembuatan bendungan yan di buat permanen.

-Selain itu, salah satu aspek penting dalam pengelolaan air pada tanah yang mengandung asam sulfat adalah periode pencucian drainase (flushing) untuk mengurangi keasaman air, karena pada musim kering keasaman air meningkat akibat oksidasi pyrite. Untuk itu, selama musim hujan, semua bendungan harus di tutup kembali. Menjelang musim hujan akhir permukaan air harus di jaga pada level ketinggian 0,45-0,60 meter.

-Untuk memantau dan mengetahui ketinggian permukaan air tanah, perlu di pasang alat piziometer yang merupakan alat ukur tinggi rendahnya air permukaan tanah. Piziometer terbuat dari pepa paralon berdiameter 3 inchi, dengan panjang 1,8 meter. dinding pipa sepanjang 1 meter di buat lubang-lubang berukuran 5 mm.

Pengukuran ketinggian permukaan air tanah menggunakan piziometer di lakukan dengan cara sebagai berikut:
-Pipa di tanam sampai kedalam 1,5 meter dan bagian ujung pipa yang di tanam di beri lapisan yang permeable.
-Penggaris berukuran 2 meter yang bagian bawahnya telah di beri busa atau gabus supaya mengapung di masukan kedalam pipa selanjutnya di tutup denagn penutup yang ada lubangya sebagai tempat penggaris.
-Penggaris tersebut di beri skala yang di mulai dari perbatan ujung pipa yang tidak tertanam.
-Ketinggian air dapat di lihat pada angka penggaris yang sejajar dengan perbatasan pipa yang tidak tertanam.
-Piziometer di tempatkan sabanya 2 unit perblok (30 ha), 1 unit berada 250 meter dari main road sebelah selatan dan satu lagi di sebelah utara 250 meter juga dari main road.

Areal pasang surut.
Pada areal pasang surut, perlu di buat benteng (bund) dan pintu air (water gate) untuk menghindari masuknya air laut. Ketinggian benteng di tentukan berdasarkan ketinggian air pada saat pasang. Untuk menghindari perembesan air laut pada saat pasang tinggi, perlu di buat parit sepanjang benteng.
Terima kasih.

Penulis Turyono.

PANCANG TANAM SAWIT AREAL BERBUKIT DAN BERGELOMBANG/DATAR


A.Jalur tanam areal bergelombang dan datar Pancang mata lima, jalur tanam di buat straight-lined dengan jarak standart sesuai dengan kerapatan tanam yamg di inginkan petani. Pembuatan jalur pancang tanam kelapa sawit dan pemasangan pancang titik tanam di lakukan setelah pembuatan layout MR dan CR. Pembuatan jalur tanam di awali dengan pemasangan pancang kepala di pasang dengan jarak antar pancang 500 meter memanjangblok dan setiap 100 meter searah blok.
 
Selanjutnya diantara pancang kepala di pasang anak pancang. Jarak anatar anak pancang di tentukan berdasarkan kerapatan tanamnya sebagai berikut:
Stand/Ha: 136 pokok jarak antar pokok 9,14 meter dan jarak antar baris 7,92 meter. 
Stand/Ha: 143 pokok jarak antar pokok 9,00 meter dan jarak antar baris 7,79 meter.
Stand/Ha: 148 pokok jarak antar pokok 8,84 meter dan jarak antar baris 7,65 meter.
Stand/Ha: 160 pokok jarak antar pokok 8,50 meter dan jarak antar baris 7,35 meter.

B.Jalur tanam di areal berbukit violle lining, Jalur tanam di buat berdasarkan tingkat kemiringan areal atau countour, Pembuatan jalur tanam areal berbukit di mulai setelah pembuatan teras kontur. Jarak tanam antar baris/teras, yang bervariasi tergantung tingkat kemiringanya, Oleh karean itu  untuk mendapatkan kerapatan tanam yang dinginkan merata dan standart, maka perlu di lakukan penyesuaian jarak tanam antar pokok sepanjang teras. Metode yang di gunakan untuk menentukan titik tanam sesuai standart pada areal berbukit adalah metode violle.
-Pada dasarnya metode violle ini merupakan metode pengaturan jarak tanam dalam baris menyesuaikan jarak tanam antar teras. Apabila jarak antar teras di perlebar maka jarak antar tanam akan menjauh dan sebaliknya sehingga proporsional.

-Secara matematis maka di gunakan Formula metode violle adalah sebagai berikut.
Jarak antar titik tanam =10.000/pokok/ha = Jarak antar teras atau baris.

Cara kerja violle : 
a. Menentuka titik tanam dan memasangkanya pancang pada teras pertama secara manual menggunakan meteran,dengan jarak antar pokok 9,14 meter (tergantung kerapatan tanam) 
b. Orang yang memegang kayu model T berdiri pada teras kedua dengan posisi pada petengahan antara 2 titik tanam teras pertama (triangular) dan pada jarak 0,8-0,9 dari bagian belakang teras kedua selanjutnya pada titik ini di pasangkan pancang sebagai titik tanam pertama pada terasan kedua. 
c. Dua orang yang bertugas mengendalikan Line A, berada di bagian bibir teras pertama dan bagian bibir teras ketiga, memegangline A secara horizontal. 
d. Bgian warna line A yang terbaca oleh orang pada teras ketiga menunjukan jarak 2 teras. 
e. Warna yang terbaca oleh orang pada teras ketiga tersebut selanjutnya di gunakan untuk menentukan titik tanam kedua dan ketiga, dengan cara   menyesuaikan warna pada line A dengan warna pada line B, Jika warna yang terbaca pada line A adalah hijau maka pancang titik tanam keduan dan ketiga adalah hijau warana koin yang terbaca pada line B.
f. Untuk menentukan titik tanam keempat dan kelima , maka orang yang memegan kayu model T berdiri  tepat di titik tanam ketiga dan selantjutnya di lakukan penentusn titik tanam seperti point c-e di atas. 
g. Penentuan titik tanam berikutnya di lakukan dengan cara yang sama. 

Contoh sebagai berikut:
Apabila jarak antara teras pertama dan ketiga yang terbaca pada line A berada pada jarak 17,07 -17,68 meter (warna hijau) maka 2 pancang titik tanam berada pada teras kedua di pasangkan pada jarak 8,47 meter (coin warna hijau) dan 16,98 (coin hijau)yang ditunjukan oleh line B. Terima kasih.

Penulis Turyono.

Selasa, 07 Juli 2020

PEMBUATAN TERAS KONTUR


Didalam pembuatan teras kontur, harus di perhatikan bahwa jalan harus di buat terlebih dahulu sebelum pembuatan teras kontur,hal ini bertujuan untuk :
-Meminimalkan perbedaan level antara jalan dengan teras sehingga memudahkan operasional dari jalan keteras dan sebaliknya.
-Mengalirkan air dari jalan ke bagian belakang teras sehingga dapat di manfaatkan oleh tanaman dan mengurangi resiko erosi permukaan jalan.

Pembuatan teras di lakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penentuan base line. Tahap awaal dalam pembuatan teras adalah menentukan base line dan kemudian di tandai dengan pancang yang berwarna. base line ini di kerjakan di bukit dan perbukit, pemancangan di miulai dari lokasi bukit tertinggi kekiri atau kannan dan kekkaki bukit dengan jarak horizontal 7,32 meter mengarah ke areal tercuram. pancang base line di beri warna yang berbeda sehingga memudahkan untuk melihat teras pertama dan selanjutnya.

2.Penentuan pancang teras. Pancang teras pertama di pasang mengelilingi puncak bukit dengan bantuan abney level atau dumpy level atau waterpas. warna pancang teras sesuai dengan warna base line, misalnya base line warna merah, maka teras pertama di beri warna merah,hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pemutusan teras dalam pembuatan teras, sehingga alat berat bisa bekerja dengan maksimal. letak pancang teras berikutnya di tentukan dengan bantuan tali yang telah di beri tanda pada jarak 7,32-7,92-dan 8,84 meter.
-Apabila kemiringan menuju teras berikutnya semakin landai maka pancang di pasang pada titik 7,32 meter.
-Apabila kemiringan menuju teras berikutnya memiliki tingkat kemiringan yang sama maka pancang teras di pasang pada titik 7,92 meter.
-Apabila kemiringan menuju teras berikutnya semakin curam maka pancang teras di pasng pada titik 8,84 meter.
Meskipun demikian, penentuan jarak pancang teras tersebut harus tetap mempertimbangkan posisi yang ditentukan oleh abney level atau water pass.
Bila jarak pancang antar teras<7,32 meter, maka pemancangan di hentikan dan sebaliknya jika jarak pancang antar teras >12 meter maka di buat pancng anak teras dengan warna pancang yang berbeda.

3.Bulldozer. bekerja dengan mengikuti pancang teras sesuai warna yang ada (pancang teras sebagai acuan dan tidak boleh di gusur atau di dorong supaya bisa di gunakan kontrol doronganya.

4.Teras, di buat dengan lebar 4 meter.

5.Membuat stop bund, setiap 30 meter dengan tinggi 60-70 cm, dengan panjang 2 meter dari dinding teras.

Terima kasih sudah berkunjung.

Penulis Turyono.

Populer viewer